CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

24 November 2013

RONTGEN


Dosen Pembimbing : Ry. Eni M, Am.Keb 









Disusun Oleh:


Ema Tri Yuliani
Ismanefy
Ita Indayani
Ludfatullatifah
Mega Mustika
Novitasari Anggraini
Pipit Komala Sari
Rini Haryati
Raudhatul Aini
Sopiahtun
Yola Rima Yuliana
Zuraini






POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2012/2013




BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini teknologi pencitraan medis telah mengalami perkembanganyang pesat, terutama dengan dukungan kemajuan dalam bidang ilmu bahan,elektronika dan komputasi, sehingga dimungkinkan untuk menganalisis bagian-bagian terkecil dalam jaringan tubuh manusia. Teknologi pencitraan telahdigunakan di berbagai aspek kehidupan manusia, seperti pada bidang pertahananmiliter dan angkasa luar serta radiografi, namun seiring berjalannya waktu teknik pencitraan ini mulai merambah bidang kedokteran.

Pencitraan sederhana pertama yang ditemukan adalah teknologi X-Ray yang hanya memancarkan sinar X. Sinar X merupakan salah satu jenis gelombang elektromagnetik yang pada level energi tertentu mampu menimbulkan terjadinya ionisasi dan eksitasi dari elektron-elektron dalam atom bahan materi biologis yang dilewati. Sinar – X dengan energi yang lebih tinggi memiliki daya tembus yang semakin besar pula. Karena kemampuannya untuk menembus bahan, maka sinar-X dapat digunakan dalam bidang kesehatan untuk membuat citra dari kerangka dan organ tubuh manusia untuk keperluan diagnosis kelainan atau penyakit yang diderita. Selain itu, teknologi X-Ray adalah tulang punggung pencitraan medis yang masih terus bertahan karena biayanya yang relatif lebih murah dalam halakuisisi data dan prosedur diagnostik serta kecepatan memperoleh hasil. Aplikasi di bidang kedokteran yang sering dilakukan adalah pemeriksaan payudara (mamografi ), pemeriksaan gigi dan pemeriksaan tulang. Melihat keunggulan pencitraan dengan X-Ray tersebut, penulisberkeinginan untuk memperdalam pengetahuan mengenai pencitraan ini dengan menyusun makalah yang berjudul “ Aplikasi Pesawat Sinar -X Untuk Pemeriksaan dan Pembuatan Diagnosis dalam Bidang Kesehatan “.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah penulis paparkan, terdapat beberapa permasalahan antara lain:
1.      Bagaimana sejarah penggunaan Sinar-X?
2.      Apa saja aplikasi penggunaan Sinar-X dalam bidang kesehatan?
3.      Faktor-faktor apa yang mempengaruhi hasil akhir citra radiografi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut ;
1.3.1 Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui sejarah penggunaan Sinar-X.
2. Untuk mengetahui aplikasi penggunaan Sinar-X dalam bidang kesehatan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil akhir citraradiografi.
1.3.2 Tujuan Umum :
1. Untuk memenuhi tugas perkuliahan Instrumentasi Medik.
2. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai penggunaan pencitraanSinar-X.
1.4 Manfaat
1. Mengetahui sejarah penggunaan Sinar-X.
2. Mengetahui Aplikasi penggunaan Sinar-X dalam bidang kesehatan.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil akhir citra radiografi.







BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penggunaan Sinar-X

Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Saat itu Roentgen bekerja menggunakan tabung Crookes dilaboratoriumnya diUniversitas Wurzburg. Dia mengamati nyala hijau pada tabung yang sebelumnya menarik perhatian Crookes. Roentgen selanjutnya mencoba menutup tabung itu dengan kertas hitam dengan harapan agar tidak ada cahaya tampak yang dapat lewat. Namun setelah ditutup ternyata masih ada sesuatu yang dapat lewat. Roentgen menyimpulkan bahwa ada sinar-sinar tidak tampak yang mampu menerobos kertas hitam tersebut. Pada saat Roentgen menyalakan sumber listrik tabung untuk penelitian sinar katoda, beliau mendapatkan bahwa ada sejenis cahaya berpendar pada layar yang terbuat dari barium platino cyanida yang kebetulan berada didekatnya. Jika sumber listrik dipadamkan, maka cahaya pendar pun hilang. Roentgen segera menyadari bahwa sejenis sinar yang tidak terlihat telah muncul dari dalam tabung sinar katoda. Karena sebelumnya tidak pernah dikenal, maka sinar ini diberi nama sinar-X. Dalam perkembangan berikutnya, sinar-X dibangkitkan dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat dalam suatu tabung vakum sinar katoda. Elektron sebagai proyektil dihasilkan dari pemanasan filamen yang juga berfungsi sebagai katoda. Elektron dari filamen dipercepat gerakannya menggunakan tegangan listrik berorde 102 - 106 Volt. Elektron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan ke target logam bernomor atom tinggi dan suhu lelehnya juga tinggi. Target logam ini sekaligus juga berfungsi sebagai anoda. Ketika elektron berenergi tinggi itu menabrak target logam, maka sinar-X akan terpancar dari permukaan logam tersebut. Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895.

Penggunaan sinar-X dalam bidang kedokteran pertama kali dikenal dengan nama Roentgentherapy, sesuai dengan nama penemunya Wilhelm Conrad Roentgen, seorang fisikawan Jerman. Sinar-X tersebut pertama kali digunakan sebagai tehnik pengobatan terhadap kanker payudara yang dilakukan beberapa bulan setelah ditemukan.

2.2 Aplikasi Penggunaan Sinar-X dalam Bidang Kesehatan

Pencitraan menggunakan Sinar-X telah dilakukan untuk memindai berbagai organ dan jaringan tubuh manusia, antara lain penentuan kerapatan tulang, pemeriksaan sinus, pemeriksaan payudara (mamografi), pemeriksaan jantung, pemeriksaan tengkorak, pemeriksaan tulang belakang, pemeriksaan ginjal ureter kandung kemih, pemeriksaan rongga mata, pemeriksaan usus dua belas jari, pemeriksaan kandung empedu, dan pemeriksaan saluran pencernaan bawah.


2.2.1 Penentuan Kerapatan Tulang
Sinar-X dapat digunakan untuk pengukuran kerapatan tulang (bone densitometry) dengan tehnik  photon absorptiometry seperti dual photon x-ray absorptiometry (DXA) yang umum digunakan. Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis penyakit osteoporosis, suatu penyakit yang menyebabkan tulang menjadi keropos sehingga mudah patah. Penghitungan kerapatan tulang berdasarkan pada banyaknya radiasi yang diserap oleh tulang setelah disinari sinar gamma. Penyakit tulang yang serius ini ditunjukkan dengan rendahnya massa tulang dan terjadinya deteriorasi pada jaringan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi rentan dan sangat rapuh sehingga menjadi mudah patah.
 
2.2.2 Pemeriksaan Payudara ( Mamografi )
Mamografi adalah tindakan memeriksa payudara dengan bantuan sinar-X.Tujuannya adalah untuk mengetahui ada tidaknya proses keganasan di payudaraatau menemukan ada tidaknya proses lain selain keganasan sebelum timbulnya gejala. Dengan demikian, kanker ganas sedini mungkin dapat segera diatasi, sehingga kesehatan pasien dapat dijamin lebih baik. Mamografi menggunakan kadar sinar-X yang rendah sehingga dianggap tidak mempengaruhi kesehatan orang yang diperiksa. Ini berlaku bagi wanita yang  normal dan tidak memiliki keluhan apapun soal payudaranya. Check up ini hanya digunakan sekali dalam 2-4 tahun. Namun, bagi wanita yang sebelumnya pernah terkena kanker payudara atau yang mempunyai benjolan pada payudaranya atau bisa juga yang memiliki radang menahun di payudaranya harus memperhatikan mamografi ini, karena mereka ini memiliki kecenderungan untuk timbulnya kanker payudara. Pesawat sinar-Xmamografi dapat dibedakan menjadi, Pesawat Sinar-X Mamografi Film Screen dan Pesawat Sinar-X Xeromamografi.
2.2.3 Pemeriksaan Sinus
Sinus, yang merupakan rongga yang berisi udara dan dilapisi dengan membrane mucus, ada di dalam tulang rahang atas, ethmoid, sphenoid dan tulang frontal pada wajah. Pada pemeriksaan ini, sinar-X dilewatkan melalui sinus dan memberi reaksi pada kertas film khusus, sehingga membentuk gambaran yangdapat memungkinkan dokter mempelajari keadaan sinus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi trauma atau penyakit pada area sinus,mengkonfirmasi adanya kanker atau peradangan pada sinus, dan melihat letak dan besarnya tumor ganas.
                                                                                                                         
2.2.4 Pemeriksaan Jantung
Sinar-X pada jantung adalah tes yang paling sering digunkan untuk mengevaluasi penyakit jantung dan efeknya pada pembuluh darah di paru. Tes Sinar-X pada jantung akan menunjukkan gambaran thoraks, mediastinuum, jantung dan paru. Pada pemeriksaan rutin, diambil dua gambaran yang berbeda. Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu mendeteksi penyakit jantung dan abnormalitas yang membuat besar serta bentuk jantung berubah atau penampakan jantung dan paru berubah dan untuk memeriksa koreksi letak arteri pulmonum dan kateter jantung serta kawat pacu jantung.
 
2.2.5 Pemeriksaan Tengkorak
Sinar-X pada tengkorak sangat berharga untuk pemeriksaan kelainan pada dasar tengkorak dan cungkup tulang cranial. Ini juga memungkinkan doktermempelajari problem-problem tulang tengkorak yang disebabkan oleh penyakit-penyakit lain. Sinar-X pada tengkorak mengevaluasi tiga kelompok tulang yang menutup kepala calvaria (disebut cungkup tengkorak), mandibula (dikenal sebagai tulang rahang), dan tulang-tulang wajah. Cungkup dan tulang-tulang wajah dihubungkan oleh sendi-sendi yang tidak dapat bergerak dan mempunyai tepi bergerigi yang disebut sutura. Secara keseluruhan tulang-tulang pada tengkorak merupakan struktur yang kompleks sehingga memerlukan pemeriksaan yang lengkap memerlukan beberapa kali penyinaran sinar-X pada setiap area. Pemeriksaan ini berguna untuk membantu mendeteksi patah tulang setelah trauma kepala, membantu diagnosa tumor pada kelenjar hipofise, yaitu organ kecil berbentuk oval yang melekat pada otak, dan untuk mendeteksi problem-problem tulang tengkorak yang timbul sejak lahir atau karena penyebab penyakit lain.

2.2.6 Pemeriksaan Tulang Belakang
Tes ini memungkinkan pemeriksaan terhadap seluruh rangkaian tulang belakang atau sebagian. Pada umumnya tes ini digunakan untuk mengevaluasi deformitas, patah tulang, dislokasi dan kelainan lain pada tulang belakang. Sinar-X pada tulang menggambarkan densitas, tekstur, erosi dan perubahan yang terjadi pada sambungan tulang. SinarX pada sendi dapat menampakkan adanya cairan pembentukan taji, dan perubahan pada struktur sendi. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi patah tulang, dislokasi, subluksasi, dan deformitas, mendeteksi kelainan degeneratif, infeksi dan kengenital, mendeteksi kelainan pada ruas intravertebra, menentukan efek arthritis dan kondisi-kondisi lain pada tulang belakang.
2.2.7 Pemeriksaan Pada Ginjal, Ureter dan Kandung Kemih
Untuk singkatnya disebut KUB (Kidney, Ureter dan Bladder), adalah pemeriksaan dengan sinar-X pada ginjal, ureter dan kandung kemih. Biasanya merupakan langkah pemeriksaan pertama pada system saluran kemih. Tes KUB untuk mengetahui posisi ginjal, ureter dan kandung kemih serta untuk membantu mendeteksi adanya kelainan. Tes sinar-X pada ginjal, ureter dan kandung kemih mempunyai keterbatasan dan karenanya harus selalu disertai dengan tes-tes yang lebih teliti seperti scanning tomografi terkomputerisasi (CAT scan). Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi ukuran, struktur dan posisi ginjal, serta untuk skrining kelainan pada daerah ginjal, ureter dan kandung kemih.

2.2.8 Pemeriksaan Pada Rongga Mata
Rongga mata adalah rongga yang merupakan rumah dari mata dan kelenjar air mata beserta pembuluh darah, saraf, otot dan lemak. Karena bagian rongga mata yang berupa tulang yang tipis mudah patah, maka pada umumnya setelah terjadi trauma muka dilakukan penyinaran sinar-X pada daerah tersebut. Ini juga berguna untuk mendiagnosa adanya penyakit pada mata dan rongga mata.Teknik sinar-X khusus dapat menampakan adanya benda asing pada rongga mata atau mata yang tidak dapat dilihat. Pada beberapa kasus, sinar-X digunakan bersama scanning tomografi terkomputerisasi (CAT scan) dan pemeriksaan ultrasonografi untuk menggambarkan keabnormalan lebih baik. Pemeriksaan ini berguna untuk membantu mendeteksi patah tulang dan penyakit pada rongga mata, membantu melihat letak benda asing pada mata.



2.2.9 Pemeriksaan Pada Usus Dua Belas Jari (Duodenografi Hipotonik)
Pemeriksaan sinar-X pada usus dua belas jari, yaitu bagian dari usus halus,dinamakan duodenografi hipotonik. Pemeriksaan sinar-X pada usus dua belas jari dilakukan setelah barium sulfat dan udara dimasukkan dalam usus melalui kateter.Pemeriksaan sinar-X pada usus dua belas jari dilakukan untuk penderita yang mempunyai gejala-gejala duodenal atau penyakit pankeas, seperti nyeri perut atas persisten. Akan tetapi Pemeriksaan sinar-X pada usus dua belas jari memerlukantes-tes penunjang lain untuk konfirmasi. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi lesi duodenal yang kecil dan kanker pancreas, membantu mendiagnosa pankreatitis kronik.

2.2.10 Pemeriksaan Pada Kandung Empedu (Cholecystography Oral)
Tes yang oleh dokter disebut cholecystography oral ini merupakan tes dengansinar-X untuk memeriksa kandung empedu setelah minum pil yang mengandung cairan kontras khusus. Sinar-X pada kandung empedu (cholecystography oral) dilakukan pada penderita yang mempunyai gejala-gejala penyakit kandung empedu seperti nyeri pada perut kanan atas, intoleransi lemak, dan penyakit kuning. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi batu empedu, membantu mendiagnosa penyakit keradangan dan tumor pada kandung empedu.

2.2.11 Pemeriksaan Pada Saluran Pencernaan Bawah
Tes Barium enema juga disebut pemeriksaan saluran pencernaan bawah ini merupakan pemeriksaan dengan sinar-X pada usus besar. Tes Barium enema dilakukan pada penderita yang mempunyai riwayat adanya perubahan kebiasaan buang air besar, nyeri pada perut bawah, atau adanya darah, lendir atau nanah pada feses. Pada teknik kontras tunggal, barium sulfat dimasukkan pada rectum. Pada teknik kontras ganda, barium sulfat dan udara dimasukkan dalam rectum.Teknik kontras tunggal menampakkan gambaran usus besar dari samping.Sedangkan teknik kontras ganda menampakkan usus besar dari depan dansamping. Teknik yang terakhir merupakan teknik yang terbaik untuk mendeteksi tumor yang kecil (khususnya polip), penyakit keradangan dini, dan pendarahan kecil yang disebabkan oleh tukak. Pemeriksaan ini berguna untuk membantu mendiagnosa kanker usus besar, kanker rectum dan perubahan struktur pada usus besar.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Akhir Citra Radiografi
Tingkat kontras dipengaruhi oleh 6 faktor :
1.      Ketebalan atau Densitas Jaringan
Jaringan yang semakin tebal mengurangi kuantitas sianr-X semakin banyak. Penambahan tebal 4 cm mengurangi radiasi sinar-X menjadi setengahnya. Dua organ yang berbeda ketebalannya menghasilkan dua densitas yang berbeda pada film.
2.      Nomor Atom Jaringan (Z)
Jaringan dengan nilai Z lebih besar akan memiliki derajat atenuasi lebih besar. Tulang, lemak, jaringan lunak berbeda harga Z-nya. Tulang memiliki Z lebih besar, sehingga sinar-X yang diteruskan hanya sedikit, sehingga citra tulang terlihat putih (lebih tipis) pada film.
3.      Densitas atau Kerapatan Jaringan
Menentukan berapa banyak sinar-x yang mampu diperlambat dan berapa yangbisa diteruskan. Tulang memiliki densitas lebih besar dari jaringan lunak dan lebih besar dari lemak untuk ukuran yang sama.
4.      Energi Sinar-X atau kVp
Semakin tinggi energi sinar-X akan mengalami diferential absorbtion semakin kecil, karena memiliki kemampuan penetrasi lebih besar. Sinar-X dengan energi semakin tinggi menghasilkan hamburan Compton lebih banyak. Kedua hal tersebut mengakibatkan turunnya kontras. Nilai kVp yang semakin rendah menghasilkan kontras lebih baik dari pada kVp yang tinggi. Hal ini dapat dijelaskan dengan step perubahan warna. Dalam radiografi jumlah densitas atau step perubahan densitas dari hitam ke putih mengindikasikan range dari skala kontras.
5.      Bahan Penambah Kontras
Bahan pengontras memiliki harga Z lebih besar atau lebih kecil. Penambahan bahan pengontras ke dalam jaringan menyebabkan penambahan diferential absorption sehingga struktur lebih nampak. Udara juga bisa untuk bahan pengontras (yang bisa dimasuki udara), sehingga hasil foto sinar-X lebih hitam.
6.      Radiasi Hamburan
Hamburan terjadi oleh radiasi sinar-X dengan energi lebih tinggi, dan dapat mengurangi kontras. Kontras juga akan berkurang bila melewati jaringan yang semakin tebal.
















BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C.Roentgen pada tanggal 8 November 1895. Penggunaan sinar-X dalam bidangkedokteran pertama kali dikenal dengan nama Roentgentherapy, sesuai dengannama penemunya Wilhelm Conrad Roentgen, seorang fisikawan Jerman. Sinar-Xtersebut pertama kali digunakan sebagai tehnik pengobatan terhadap kankerpayudara yang dilakukan beberapa bulan setelah ditemukan. Beberapa aplikasi pencitraan sinar-x dalam bidang kesehatan antara lain,pemeriksaan kerapatan tulang, pemeriksaan payudara ( mamografi ), sinus, jantung, tengkorak, tulang belakang, ginjal uterus kandung kemih, rongga mata,usus dua belas jari, kandung empedu, dan saluran pencernaan bawah. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil akhir citra radiografi adalah, Ketebalanatau densitas jaringan, nomor atom jaringan, densitas atau kerapatan jaringan, energi sinar x atau kVp, bahan penambah kontras, dan radiasi hamburan.

3.2  Saran

Penggunaan pesawat sinar-X harus sesuai dengan prosedur yang ditetapkan agar keselamatan pasien dan operator tetap terjamin. Kualitas teknologi pesawat sinar-X harus semakin ditingkatkan agar pencitraan yang dihasilkan oleh sinar-X semakin jelas ketika mendiagnosa suatu penyakit.



22 Oktober 2013

Makalah Posyandu

POS PELAYANAN KESEHATAN
(POSYANDU)



BAB I
PENDAHULUAN
                   
1.1  Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari program pembangunan secara keseluruhan. Jika dilihat dari kepentingan masyarakat, pembangunan kesehatan masyarakat desa merupakan kegiatan swadaya masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui perbaikan status kesehatan. Jika dilihat dari kepentingan pemerintah, maka pembangunan kesehatan masyarakat desa merupakan usaha memperluas jangkauan layanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun swasta dengan peran aktif dari masyarakat sendiri. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dalam bidang kesehatan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat yang bersangkutan.
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan di segala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional. Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanya keterlibatan masyarakat. Hal ini merupakan suatu upaya yang besar sehingga tidak dapat dilaksanakan hanya oleh pemerintah melainkan perlu peran serta masyarakat. Untuk mempercepat angka penurunan tersebut diperlukan keaktifan peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan Posyandu karena Posyandu adalah milik masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan umum. Posyandu tersebar di lebih dari 70.000 desa di Indonesia. Pada tahun 2010, diperkirakan sekitar 91,3% anak 6-11 bulan dan 74,5% balita dibawa ke Posyandu sekurang-kurangnya satu kali selama enam bulan terakhir.
Tujuan didirikannya Posyandu adalah dalam upanya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, Pos pelayanan terpadu (Posyandu) ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran. Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh masyarakat, penyelenggaraanya dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB, dimana anggotanya berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemudi. Kader kesehatan merupakan perwujutan peran serta aktif masyarakat dalam pelayanan terpadu, dengan adanya kader yang dipilih oleh masyarakat, kegiatan diperioritaskan pada lima program dan mendapat bantuan dari petugas kesehatan terutama pada kegiatan yang mereka tidak kompeten memberikannya.
Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan terpilih yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Kader-kader ini diperoleh dari wilayah sendiri yang terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di Posyandu maupun di luar hari buka Posyandu. Untuk mewujudkan tujuan posyandu tersebut maka perlu dibarengi dengan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas oleh kader Posyandu.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan posyandu?
2.      Apa saja manfaat posyandu?
3.      Sebutkan tujuan posyandu?
4.      Apa saja jenis-jenis posyandu?
5.      Apa saja kegiatan utama yang dilakukan di posyandu?
6.      Siapa pengelola dan sasaran posyandu?
7.      Apa dasar pelaksanaan posyandu?
8.      Sebutkan apa saja kegiatan posyandu?
9.      Apa alasan pembentukan dan pendirian posyandu?
10.  Bagaimana cara mencapai keberhasilan posyandu?
11.  Apa saja faktor–faktor yang mempengaruhi kedatangan ibu di posyandu?
12.  Bagaimana sistem informasi posyandu (SIP)?                 
13.  Siapa yang memberikan biaya posyandu?

1.3  Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu Posyandu, apa tujuan dilaksanakannya Posyandu, manfaat dan kegiatan apa saja yang biasa dilakukan dalam Posyandu serta bagaimana cara mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan Posyandu.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan (Cessnasari. 2005). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelanggraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemmudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/social dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi ( Departemen Kesehatan RI. 2006 ). Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia di masa yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu :
Ø  Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.
Ø  Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.
Ø  Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.
Intervensi 1 dan 2 dapat dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan sedikit bantuan dan pengarahan dari petugas penyelenggara dan pengembangan Posyandu merupakan strategi yang tepat untuk intervensi ini. Intervensi ke 3 perlu dipersiapkan dengan memperhatikan aspek-aspek Poleksosbud.

2.2  Manfaat Posyandu
1.      Bagi Masyarakat :
Ø  Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga sehingga:
·         Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau pertumbuhannya.
·         Bayi umur 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali.
·         Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul vitamin A warna biru (100.000 SI)
·         Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) setiap 6 bulan (Februari dan Agustus)

Ø  Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
Ø  Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
Ø  Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Ø  Mendukung pelayanan KB.
Ø  Memperoleh bantuan dalam pemecahan masalah kesehatan.
Ø  Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu.

2.      Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh Masyarakat
Ø  Mendapatkan informasi tentang upaya kesehatan.
Ø  Dapat membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan.

3.      Bagi Puskesmas
Ø  Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan S1.
Ø  Membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan.
Ø  Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana dengan pemberian pelayanan secara terpadu.

4.       Bagi Sektor Lain
Ø  Lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah.
Ø  Meningkatkan efiseiansi pemberian pelayanan sesuai tupoksi masing-masing.


2.3  Tujuan Posyandu
Tujuan didirikannya Posyandu Yaitu :
Ø  Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil, melahirkan dan nifas).
Ø  Membudayakan NKKBS.
Ø  Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
Ø  Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

2.4  Jenis Posyandu
Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes RI 2006, Posyandu secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu :
1.      Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2.      Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.
3.      Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan program tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
4.      Posyandu Mandiri 
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.

2.5  Kegiatan Utama Posyandu
Kegiatan utama di posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk mencegah penyakit, penanggulangan diare, pelayanan KB penyuluhan dan konseling/rujukan konseling bila diperlukan.

2.6  Pengelola dan Sasaran Posyandu
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat/ keluarga, utamanya adalah bayi baru lahir, bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, PUS.
a.       Tingkat desa dan kelurahan
Sesuai Inmendagri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan mutu Posyandu ditingkat desa dan kelurahan sebagai berikut :
Ø  Penanggungjawab umum : Ketua Umum LKMD  (Kades/Lurah).
Ø  Penggungjawab operasional: Ketua I LKMD (Tokoh Masyarakat)
Ø  Ketua Pelaksana : Ketua II LKMD/Ketua Seksi 10 LKMD ( Ketua Tim Penggerak PKK).
Ø  Sekretaris : Ketua Seksi 7 LKMD
Ø  Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes.

b.      Pokjanal Posyandu
Pokjanal Posyandu yang dibentuk disemua tingkatan pemerintahan terdiri dari unsur Instansi dan Lembaga terkait secara langsung dalam pembinaan Posyandu yaitu :
Ø  Tingkat Propinsi : BKKBN, BKKBN tingkat provinsi terdiri dari PMD (Pembinaan Masyarakat Desa), Bappeda, dan Tim Penggerak PKK.
Ø  Tingkat Kab/Kodya : Kantor Depkes/Kantor Dinkes, BKKBN, PMD, Bappeda.
Ø  Tingkat Kecamatan : Tingkat Pembina LKMD Kec ( puskesmas, Pembina petugas Lapangan, KB, Kaur Bang (Kepala Urusan Pembangunan), dan KPD (Kader Pembangunan Desa)

Pokjanal Posyandu bertugas :
1.      Menyiapkan data dan kelompok sasaran serta cakupan program.
2.      Menyiapkan kader.
3.      Menganalisis masalah dan menetapkan aIternatif pemecahan masalah.
4.      Menyusunan rencana.
5.      Melakukan pemantauan dan bimbingan.
6.      Menginformasikan masalah kepada instansi/lembaga terkait.
7.      Melaporkan kegiatan kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD.

2.7  Dasar Pelaksanaan Posyandu
Surat keputusan bersama Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-masing No.23 tahun 1985. 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/ A/1985 tentang penyelenggaraan Posyandu yaitu :
1.      Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan Posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK.
2.      Mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan fungsi Posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program pembangunan masyarakat desa.
3.      Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD PKK dan mengutamakan peranan kader pembangunan.
4.      Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah/ di daerah masing-masing dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Depkes dan BKKBN.
5.      Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66 , dana sehat sebagai cara penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara paripurna.

2.8  Kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan di Posyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu), antara lain:
1.      Kesehatan Ibu dan Anak
Ø  Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.
Ø  Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral
Ø  Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
Ø  Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
2.      Keluarga Berencana
Ø  Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
Ø  Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya
3.      Immunisasi
Imunisasi Tetanus Toksoid 2 kali pada ibu hamil. Pada bayi umur 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali. Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul vitamin A warna biru (100.000 SI). Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) setiap 6 bulan (Februari dan Agustus).
4.      Peningkatan gizi
Ø  Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
Ø  Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui.
Ø  Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun.
5.      Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:
Ø  Kesehatan Ibu dan Anak
Ø  Keluarga Berencana
Ø  Immunisasi
Ø  Peningkatan gizi
Ø  Penanggulangan Diare
Ø  Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman.
Ø  Penyediaan Obat essensial
Berdasarkan hal diatas adapun kegiatan pokok yang dilakukan dalam pelaksanaan Posyandu yaitu :
Ø  KIA
Ø  KB
Ø  lmunisasi
Ø  Gizi.
Ø  Penanggulangan Diare

2.9  Alasan Pembentukan dan Pendirian Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:
Ø  Pos penimbangan balita
Ø  Pos immunisasi
Ø  Pos keluarga berencana desa
Ø  Pos kesehatan
Ø  Pos lainnya yang dibentuk baru
Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:
Ø  Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
Ø  Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana (Effendi, 1998).

2.10          Keberhasilan Posyandu
Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
Ø  S  : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
Ø  K : Semua balita yang memiliki KMS.
Ø  D : Balita yang ditimbang.
Ø  N : Balita yang Berat Badannya naik.


2.11          Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu
Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu adalah sebagai berikut:
Ø  Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu.
Ø  Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
Ø  Pekerjaan iu
Ø  Dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat
Ø  Sarana dan prasarana di posyandu
Ø  Jarak dari posyandu tersebut


2.12          Sistem Informasi Posyandu (SIP)
Sistem informasi Posyandu (SIP) adalah rangkaian kegiatan untuk menghasilkan data dan informasi tentang pelayanan terhadap proses tumbuh kembang anak dan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak yang meliputi cakupan program, pencapaian program, kontinuitas penimbangan, hasil penimbangan dan partisipasi masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan tepat waktu bagi pengelola Posyandu. Oleh sebab itu Sistem Informasi Posyandu  (SIP) merupakan bagian penting dari pembinaan Posyandu secara keseluruhan. Konkritnya, pembinaan akan lebih terarah apabila di dasarkan pada informasi yang lengkap, akurat dan aktual. Dengan kata lain pembinaan merupakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi karena didasarkan pada informasi yang tepat, baik dalam lingkup terbatas maupun lingkup yang lebih luas.
Adapun manfaat System Informasi Posyandu (SIP) yaitu sebagai bahan kader Posyandu untuk memahami permasalahan sehingga dapat mengembangkan kegiatan yang tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan sasaran dan sebagai bahan informasi yang tepat guna dan tepat waktu mengenai pengelolaan posyandu, agar berbagai pihak yang berperan dalam pengelolaan Posyandu dapat menggunakannya untuk membina posyandu demi kepentingan masyarakat.
Macam-macam format System Informasi Posyandu (SIP) seperti:
a.       Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi dan kematian ibu hamil, melahirkan nifas. Berisi catatan dasar mengenai sasaran posyandu.
b.      Registrasi bayi dan balita di wilayah kerja posyandu. Berisi catatan pemberian tablet besi, vitamin A, pemberian oralit, tanggal imunisasi, dan apabila bayi meninggal, maka perlu dicatat tanggal bayi meninggal diwilayah kerja posyandu tersebut.
c.       Register WUS dan PUS diwilayah kerja posyandu. Berisi daftar ibu hamil, catatan umur kehamilan, pemberian tablet tambah darah, imunisasi, pemeriksaan kehamilan, tanggal dan penolong kelahiran, data bayi yang hidup dan meninggal, serta data ibu meninggalndi wilayah kerja posyandu.
d.      Register ibu hamil dan nifas di wilayah kerja posyandu. Berisi daftar wanita dan suami istri usia produktif yang memiliki kemungkinan mempunyai anak ( hamil ).
e.       Data posyandu. Berisi catatn jumlah pengunjung (bayi, balita, WUS, PUS, ibu hamil, menyusui, bayi lahir dan meninggal), jumlah petugas yang hadir (kader posyandu, kader PKK, PKB/PLKB, paramedic dan sebagainya).
f.       Data hasil kegiatan posyandu. Berisi catatan jumlah ibu hamil yang diperiksa dan mendapat tablet tambah darah, jumlah ibu menyusui, peserta KB ulang yang dilayani, penimbangan balita, semua balita yang mempunyai KMS, balita yang timbangannya naik dan di Bawah Garis Merah (BGM), balita yang mendapatkan vitamin A, KMS yang dikeluarkan (dibagikan), balita yang mendapat sirup besi, dan imunisasi (DPT, Polio, campak, hepatitis B) serta balita yang menderita diare.
Mekanisme Operagional Sistem Informasi Posyandu (SIP) :
Ø  Penggung jawab Sistem Informasi Posyandu (SIP) adalah Pokjanal Posyandu di Propinsi dan Dati II di tingkat kecamatan adalah Tim Pembina LKMD/Kelurahan berkoordinasi dengan LKMD Seksi 10.
Ø  Pemerintah Desa bertanggung jawab atas tersediannya data dan informasi Posyandu.
Ø  Pengumpul data dan informaosi adalah Tim Penggerak PKK dan LKMD dengan menggunakan instrumen :
a.       Catatan ibu hamil, kelahiran /kematian dan nifas oleh ketua kelompok Dasa Wisma (kader PKK) .
b.      Register bayi dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d Desember.
c.       Register anak balita dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d Desember.
d.      Register WUS- PUS alam wilayah ketiga Posyandu bulan Januari s/d Desember.
e.       Register Ibu hamil dalam wilayah kerja Posyandu bulan Januari s/d Desember.
f.       Data pengunjung petugas Posyandu, kelahiran dan kematian bayi dan kematian ibu hamil melahirkan dan nifas.
g.      Data hasil kegiatan Posyandu.

2.13          Pembiayaan Posyandu
Adapun beberapa pembiayaan yang didapatkan untuk melakukan posyandu didapatkan dari:
1.      Sumber Daya Masyarakat
a.       Iuran Pengguna Posyandu
b.      Iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat
c.       Sumbangan dari perorangan atau kelompok masyarakat
d.      Dana social keagamaa, misalnya zakat, infak dsb


2.      Swasta/ Dunia Usaha
Misalnya dengan menjadikan Posyandu sebagai anak angkat perusahaan dan bantuannya dapat berupa dana, prasarana atau tenaga sukarelawan.
3.      Hasil Usaha
Pengurus dan kader Posyandu dapat melakukan usaha dimana hasilnya dapat disumbangkab untuk pengelolaan Posyandu, contohnya Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Taman Obat Keluarga (TOGA).

4.      Pemerintah
Bantuannya berupa dana stimulant atau dalam bentuk sarana dan prasarana Posyandu.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Melihat efesiensi pelayanan serta manfaat dari Posyandu, tentunya upaya-upaya yang sudah berjalan harus ditingkatkan agar anggota masyarakat dapat menolong diri dan keluarganya dalam bidang kesehatan juga yang lebih penting dengan mengikuti kegiatan Posyandu secara teratur bagi yang mempunyai balita. Dapatlah tercapai apa yang kita harapkan yaitu sumber daya manusia yang berkemampuan dalam menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang. Namun kita tidak boleh menutup mata untuk memperhatikan para kader yang sangat banyak pengorbanannya dalam mangelola Posyandu, baginya tidak lupa perhatian kita padanya.

3.2 Saran
Sebagai seorang bidan agar lebih memberikan pelatihan yang berkualitas bagi kader kadernya dengan tujuan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam hal kesehatan. Bagi para calon kader atau yang telah menjadi kader agar selalu mengikuti pelatihan kader yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya.





DAFTAR PUSTAKA

Cessnasari. Ke Posyandu Terthindar Busung lapar.
Dalam http://suaramerdeka.com.
Departemen kesehatan RI. 2006. Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta.
 Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi. Direktorat Bina Gizi.
Kependudukan dan Biostatik FKM USU. Posyandu Sebagai Sarana Peran Serta  Masyarakat dalam UPKM. Dalam http://www.library.usu.ac.id.
 Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Widiastuti. Pemanfaaan Penimbangan  Balita di Posyandu.