Ema
Tri Yuliani
Ismanefy
Ita Indayani
Ludfatullatifah
Mega Mustika
Novitasari
Anggraini
Pipit
Komala Sari
Rini
Haryati
Raudhatul
Aini
Sopiahtun
Yola
Rima Yuliana
Zuraini
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
JAMBI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini teknologi pencitraan medis telah
mengalami perkembanganyang pesat, terutama dengan dukungan kemajuan dalam
bidang ilmu bahan,elektronika dan komputasi, sehingga dimungkinkan untuk
menganalisis bagian-bagian terkecil dalam jaringan tubuh manusia. Teknologi
pencitraan telahdigunakan di berbagai aspek kehidupan manusia, seperti pada
bidang pertahananmiliter dan angkasa luar serta radiografi, namun seiring
berjalannya waktu teknik pencitraan ini mulai merambah bidang kedokteran.
Pencitraan sederhana pertama yang ditemukan
adalah teknologi X-Ray yang hanya memancarkan sinar X. Sinar X merupakan salah
satu jenis gelombang elektromagnetik yang pada level energi tertentu mampu
menimbulkan terjadinya ionisasi dan eksitasi dari elektron-elektron dalam atom
bahan materi biologis yang dilewati. Sinar – X dengan energi yang
lebih tinggi memiliki daya tembus yang semakin
besar pula. Karena kemampuannya untuk menembus bahan, maka sinar-X dapat
digunakan dalam bidang kesehatan untuk membuat citra dari kerangka dan organ
tubuh manusia untuk keperluan diagnosis kelainan atau penyakit yang diderita.
Selain itu, teknologi X-Ray adalah tulang punggung pencitraan medis yang masih
terus bertahan karena biayanya yang relatif lebih murah dalam halakuisisi data
dan prosedur diagnostik serta kecepatan memperoleh hasil. Aplikasi di bidang
kedokteran yang sering dilakukan adalah pemeriksaan payudara (mamografi ),
pemeriksaan gigi dan pemeriksaan tulang. Melihat keunggulan pencitraan dengan
X-Ray tersebut, penulisberkeinginan untuk memperdalam pengetahuan mengenai
pencitraan ini dengan menyusun makalah yang berjudul “ Aplikasi Pesawat
Sinar -X Untuk Pemeriksaan dan Pembuatan Diagnosis dalam Bidang Kesehatan
“.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah
penulis paparkan, terdapat beberapa permasalahan antara lain:
1. Bagaimana sejarah penggunaan
Sinar-X?
2. Apa saja aplikasi penggunaan Sinar-X
dalam bidang kesehatan?
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi
hasil akhir citra radiografi?
1.3 Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut ;
1.3.1 Tujuan Khusus:
1.
Untuk mengetahui sejarah penggunaan Sinar-X.
2.
Untuk mengetahui aplikasi penggunaan Sinar-X dalam bidang kesehatan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil akhir citraradiografi.
1.3.2 Tujuan Umum :
1.
Untuk memenuhi tugas perkuliahan Instrumentasi Medik.
2. Untuk menambah pengetahuan
penulis mengenai penggunaan pencitraanSinar-X.
1.4 Manfaat
1.
Mengetahui sejarah penggunaan Sinar-X.
2.
Mengetahui Aplikasi penggunaan Sinar-X dalam bidang kesehatan.
3.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil akhir citra radiografi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Penggunaan Sinar-X
Sinar-X
ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada
tanggal 8 November 1895. Saat itu Roentgen bekerja menggunakan tabung Crookes
dilaboratoriumnya diUniversitas Wurzburg. Dia mengamati nyala hijau pada tabung
yang sebelumnya menarik perhatian Crookes. Roentgen selanjutnya mencoba
menutup tabung itu dengan kertas hitam dengan harapan agar tidak ada cahaya
tampak yang dapat lewat. Namun setelah ditutup ternyata masih ada sesuatu yang
dapat lewat. Roentgen menyimpulkan bahwa ada sinar-sinar tidak tampak yang
mampu menerobos kertas hitam tersebut. Pada saat Roentgen menyalakan sumber listrik
tabung untuk penelitian sinar katoda, beliau mendapatkan bahwa ada sejenis
cahaya berpendar pada layar yang terbuat dari barium platino cyanida yang
kebetulan berada didekatnya. Jika sumber listrik dipadamkan, maka cahaya pendar
pun hilang. Roentgen segera menyadari bahwa sejenis sinar yang tidak terlihat
telah muncul dari dalam tabung sinar katoda. Karena sebelumnya tidak pernah
dikenal, maka sinar ini diberi nama sinar-X. Dalam perkembangan berikutnya,
sinar-X dibangkitkan dengan jalan menembaki target logam dengan elektron cepat
dalam suatu tabung vakum sinar katoda. Elektron sebagai proyektil dihasilkan
dari pemanasan filamen yang juga berfungsi sebagai katoda. Elektron dari
filamen dipercepat gerakannya menggunakan tegangan listrik berorde 102 - 106
Volt. Elektron yang bergerak sangat cepat itu akhirnya ditumbukkan ke
target logam bernomor atom tinggi dan suhu lelehnya juga tinggi. Target
logam ini sekaligus juga berfungsi sebagai anoda. Ketika elektron berenergi tinggi
itu menabrak target logam, maka sinar-X akan terpancar dari permukaan logam
tersebut. Sinar-X ditemukan pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman
Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895.
Penggunaan
sinar-X dalam bidang kedokteran pertama kali dikenal dengan nama
Roentgentherapy, sesuai dengan nama penemunya Wilhelm Conrad Roentgen, seorang fisikawan
Jerman. Sinar-X tersebut pertama kali digunakan sebagai tehnik pengobatan terhadap
kanker payudara yang dilakukan beberapa bulan setelah ditemukan.
2.2 Aplikasi Penggunaan Sinar-X
dalam Bidang Kesehatan
Pencitraan
menggunakan Sinar-X telah dilakukan untuk memindai berbagai organ dan jaringan
tubuh manusia, antara lain penentuan kerapatan tulang, pemeriksaan sinus,
pemeriksaan payudara (mamografi), pemeriksaan jantung, pemeriksaan tengkorak, pemeriksaan
tulang belakang, pemeriksaan ginjal ureter kandung kemih, pemeriksaan rongga
mata, pemeriksaan usus dua belas jari, pemeriksaan kandung empedu, dan pemeriksaan
saluran pencernaan bawah.
2.2.1
Penentuan Kerapatan Tulang
Sinar-X
dapat digunakan untuk pengukuran kerapatan tulang (bone densitometry) dengan tehnik
photon absorptiometry seperti dual photon x-ray absorptiometry (DXA) yang umum digunakan. Pemeriksaan ini berguna
untuk mendiagnosis penyakit osteoporosis, suatu penyakit yang menyebabkan
tulang menjadi keropos sehingga mudah patah. Penghitungan kerapatan tulang
berdasarkan pada banyaknya radiasi yang diserap oleh tulang setelah disinari
sinar gamma. Penyakit tulang yang serius ini ditunjukkan dengan rendahnya massa
tulang dan terjadinya deteriorasi pada jaringan tulang yang mengakibatkan
tulang menjadi rentan dan sangat rapuh sehingga menjadi mudah patah.
2.2.2
Pemeriksaan Payudara ( Mamografi )
Mamografi
adalah tindakan memeriksa payudara dengan bantuan sinar-X.Tujuannya adalah
untuk mengetahui ada tidaknya proses keganasan di payudaraatau menemukan ada
tidaknya proses lain selain keganasan sebelum timbulnya gejala. Dengan
demikian, kanker ganas sedini mungkin dapat segera diatasi, sehingga kesehatan
pasien dapat dijamin lebih baik. Mamografi menggunakan kadar sinar-X yang
rendah sehingga dianggap tidak mempengaruhi
kesehatan orang yang diperiksa. Ini berlaku bagi wanita yang normal dan tidak memiliki keluhan apapun soal
payudaranya. Check up ini hanya digunakan sekali dalam 2-4 tahun. Namun, bagi
wanita yang sebelumnya pernah terkena kanker payudara atau yang mempunyai
benjolan pada payudaranya atau bisa juga yang memiliki radang menahun di
payudaranya harus memperhatikan mamografi ini, karena mereka ini memiliki
kecenderungan untuk timbulnya kanker payudara. Pesawat sinar-Xmamografi dapat
dibedakan menjadi, Pesawat Sinar-X Mamografi Film Screen dan Pesawat Sinar-X
Xeromamografi.
2.2.3
Pemeriksaan Sinus
Sinus, yang merupakan rongga yang berisi udara dan
dilapisi dengan membrane
mucus, ada di dalam tulang rahang atas, ethmoid, sphenoid dan tulang frontal
pada wajah. Pada pemeriksaan ini, sinar-X dilewatkan melalui sinus dan memberi
reaksi pada kertas film khusus, sehingga membentuk gambaran yangdapat
memungkinkan dokter mempelajari keadaan sinus. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mendeteksi trauma atau penyakit pada area sinus,mengkonfirmasi adanya kanker
atau peradangan pada sinus, dan melihat letak dan besarnya tumor ganas.
2.2.4
Pemeriksaan Jantung
Sinar-X
pada jantung adalah tes yang paling sering digunkan untuk mengevaluasi penyakit
jantung dan efeknya pada pembuluh darah di paru. Tes Sinar-X pada jantung
akan menunjukkan gambaran thoraks, mediastinuum, jantung dan paru. Pada
pemeriksaan rutin, diambil dua gambaran yang berbeda. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk membantu mendeteksi penyakit jantung dan abnormalitas yang membuat besar
serta bentuk jantung berubah atau penampakan jantung dan paru berubah dan untuk
memeriksa koreksi letak arteri pulmonum dan kateter jantung serta kawat pacu
jantung.
2.2.5
Pemeriksaan Tengkorak
Sinar-X
pada tengkorak sangat berharga untuk pemeriksaan kelainan pada dasar tengkorak
dan cungkup tulang cranial. Ini juga memungkinkan doktermempelajari
problem-problem tulang tengkorak yang disebabkan oleh penyakit-penyakit lain.
Sinar-X pada tengkorak mengevaluasi tiga kelompok tulang yang menutup kepala calvaria
(disebut cungkup tengkorak), mandibula (dikenal sebagai tulang rahang), dan
tulang-tulang wajah. Cungkup dan tulang-tulang wajah dihubungkan oleh
sendi-sendi yang tidak dapat bergerak dan mempunyai tepi bergerigi yang disebut
sutura. Secara keseluruhan tulang-tulang pada tengkorak merupakan struktur yang
kompleks sehingga memerlukan pemeriksaan yang lengkap memerlukan beberapa kali
penyinaran sinar-X pada setiap area. Pemeriksaan ini berguna untuk membantu
mendeteksi patah tulang setelah trauma kepala, membantu diagnosa tumor pada
kelenjar hipofise, yaitu organ kecil berbentuk oval yang melekat pada otak, dan
untuk mendeteksi problem-problem tulang tengkorak yang timbul sejak lahir atau
karena penyebab penyakit lain.
2.2.6 Pemeriksaan Tulang Belakang
Tes
ini memungkinkan pemeriksaan terhadap seluruh rangkaian tulang belakang atau
sebagian. Pada umumnya tes ini digunakan untuk mengevaluasi deformitas, patah
tulang, dislokasi dan kelainan lain pada tulang belakang. Sinar-X pada tulang
menggambarkan densitas, tekstur, erosi dan perubahan yang terjadi pada sambungan tulang. SinarX pada sendi dapat
menampakkan adanya cairan pembentukan taji, dan perubahan pada struktur
sendi. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi patah tulang, dislokasi,
subluksasi, dan deformitas, mendeteksi kelainan degeneratif, infeksi dan
kengenital, mendeteksi kelainan pada ruas intravertebra, menentukan efek
arthritis dan kondisi-kondisi lain pada tulang belakang.
2.2.7
Pemeriksaan Pada Ginjal, Ureter dan Kandung Kemih
Untuk
singkatnya disebut KUB (Kidney, Ureter dan Bladder), adalah pemeriksaan dengan
sinar-X pada ginjal, ureter dan kandung kemih. Biasanya merupakan langkah
pemeriksaan pertama pada system saluran kemih. Tes KUB untuk mengetahui posisi
ginjal, ureter dan kandung kemih serta untuk membantu mendeteksi adanya
kelainan. Tes sinar-X pada ginjal, ureter dan kandung kemih mempunyai
keterbatasan dan karenanya harus selalu disertai dengan tes-tes yang lebih
teliti seperti scanning tomografi terkomputerisasi (CAT scan). Pemeriksaan ini
berguna untuk mengevaluasi ukuran, struktur dan posisi ginjal, serta
untuk skrining kelainan pada daerah ginjal, ureter dan kandung kemih.
2.2.8
Pemeriksaan Pada Rongga Mata
Rongga
mata adalah rongga yang merupakan rumah dari mata dan kelenjar air mata beserta
pembuluh darah, saraf, otot dan lemak. Karena bagian rongga mata yang berupa tulang yang tipis mudah patah, maka
pada umumnya setelah terjadi trauma muka dilakukan penyinaran sinar-X
pada daerah tersebut. Ini juga berguna untuk mendiagnosa adanya penyakit pada
mata dan rongga mata.Teknik sinar-X khusus dapat menampakan adanya benda asing
pada rongga mata atau mata yang tidak dapat dilihat. Pada beberapa kasus,
sinar-X digunakan bersama scanning tomografi terkomputerisasi (CAT scan) dan
pemeriksaan ultrasonografi untuk menggambarkan keabnormalan lebih baik.
Pemeriksaan ini berguna untuk membantu mendeteksi patah tulang dan penyakit
pada rongga mata, membantu melihat letak benda asing pada mata.
2.2.9
Pemeriksaan Pada Usus Dua Belas Jari (Duodenografi Hipotonik)
Pemeriksaan
sinar-X pada usus dua belas jari, yaitu bagian dari usus halus,dinamakan
duodenografi hipotonik. Pemeriksaan sinar-X pada usus dua belas jari dilakukan
setelah barium sulfat dan udara dimasukkan dalam usus melalui
kateter.Pemeriksaan sinar-X pada usus dua belas jari dilakukan untuk penderita
yang mempunyai gejala-gejala duodenal atau penyakit pankeas, seperti nyeri
perut atas persisten. Akan tetapi Pemeriksaan sinar-X pada usus dua belas jari
memerlukantes-tes penunjang lain untuk konfirmasi. Pemeriksaan ini berguna
untuk mendeteksi lesi duodenal yang kecil dan kanker pancreas, membantu mendiagnosa
pankreatitis kronik.
2.2.10
Pemeriksaan Pada Kandung Empedu (Cholecystography Oral)
Tes
yang oleh dokter disebut cholecystography oral ini merupakan tes dengansinar-X
untuk memeriksa kandung empedu setelah minum pil yang mengandung cairan kontras
khusus. Sinar-X pada kandung empedu (cholecystography oral) dilakukan pada
penderita yang mempunyai gejala-gejala penyakit kandung empedu seperti nyeri
pada perut kanan atas, intoleransi lemak, dan penyakit kuning. Pemeriksaan ini
berguna untuk mendeteksi batu empedu, membantu mendiagnosa penyakit keradangan dan tumor pada kandung empedu.
2.2.11
Pemeriksaan Pada Saluran Pencernaan Bawah
Tes
Barium enema juga disebut pemeriksaan saluran pencernaan bawah ini merupakan pemeriksaan dengan sinar-X pada usus
besar. Tes Barium enema dilakukan pada penderita yang mempunyai riwayat
adanya perubahan kebiasaan buang air besar, nyeri pada perut bawah, atau adanya
darah, lendir atau nanah pada feses. Pada teknik kontras tunggal, barium sulfat
dimasukkan pada rectum. Pada teknik kontras ganda, barium sulfat dan udara
dimasukkan dalam rectum.Teknik kontras tunggal menampakkan gambaran usus besar
dari samping.Sedangkan teknik kontras ganda
menampakkan usus besar dari depan dansamping. Teknik yang terakhir
merupakan teknik yang terbaik untuk mendeteksi tumor yang kecil (khususnya
polip), penyakit keradangan dini, dan pendarahan kecil yang disebabkan oleh
tukak. Pemeriksaan ini berguna untuk membantu mendiagnosa kanker usus besar,
kanker rectum dan perubahan struktur pada usus besar.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Hasil Akhir Citra Radiografi
Tingkat kontras dipengaruhi oleh 6 faktor :
1. Ketebalan atau Densitas Jaringan
Jaringan yang semakin tebal
mengurangi kuantitas sianr-X semakin banyak. Penambahan tebal 4 cm mengurangi
radiasi sinar-X menjadi setengahnya. Dua organ yang berbeda ketebalannya
menghasilkan dua densitas yang berbeda pada film.
2. Nomor Atom Jaringan (Z)
Jaringan dengan nilai Z lebih besar
akan memiliki derajat atenuasi lebih besar. Tulang, lemak, jaringan lunak
berbeda harga Z-nya. Tulang memiliki Z lebih besar, sehingga sinar-X yang
diteruskan hanya sedikit, sehingga citra tulang terlihat putih (lebih tipis)
pada film.
3. Densitas atau Kerapatan Jaringan
Menentukan berapa banyak sinar-x
yang mampu diperlambat dan berapa yangbisa diteruskan. Tulang memiliki densitas
lebih besar dari jaringan lunak dan lebih besar dari lemak untuk ukuran yang
sama.
4. Energi Sinar-X atau kVp
Semakin
tinggi energi sinar-X akan mengalami diferential absorbtion semakin kecil,
karena memiliki kemampuan penetrasi lebih besar. Sinar-X dengan energi semakin
tinggi menghasilkan hamburan Compton lebih banyak. Kedua hal tersebut
mengakibatkan turunnya kontras. Nilai kVp yang semakin rendah menghasilkan
kontras lebih baik dari pada kVp yang tinggi. Hal ini dapat dijelaskan dengan
step perubahan warna. Dalam radiografi jumlah densitas atau step perubahan
densitas dari hitam ke putih mengindikasikan range dari skala kontras.
5. Bahan Penambah Kontras
Bahan
pengontras memiliki harga Z lebih besar atau lebih kecil. Penambahan bahan
pengontras ke dalam jaringan menyebabkan penambahan diferential absorption
sehingga struktur lebih nampak. Udara juga bisa untuk bahan pengontras (yang
bisa dimasuki udara), sehingga hasil foto sinar-X lebih hitam.
6. Radiasi Hamburan
Hamburan
terjadi oleh radiasi sinar-X dengan energi lebih tinggi, dan dapat mengurangi
kontras. Kontras juga akan berkurang bila melewati jaringan yang semakin tebal.
BAB
III