CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

16 Oktober 2013

Makalah Perilaku Non-Verbal, Posisi Konseling dan Teknik Mengakhiri Konseling

PERILAKU NON-VERBAL, POSISI KONSELING DAN TEKNIK MENGAKHIRI KONSELING

Dosen Pembimbing : Verawati Pulungan SST
A
 










Disusun Oleh Kelompok 4:
1.      Ayu Rachmani
2.      Fatimah
3.      Kasiroh
4.      Linda Novita Sari
5.      Ludfatullatifah
6.      Marisa
7.      Novitasari Anggraini
8.      Vebryanti Putri
9.      Vivin Vina Vizumi
10.  Wahyu Utari

JALUR UMUM SEMESTER II A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN JAMBI
JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2012/2013


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat,  karunia serta kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Peilaku Non-Verbal, Posisi Konseling, dan Teknik Menutup Konseling ” dalam waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini bertujuan sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Komunikasi dan Konseling dalam Pelayanan Kebidanan. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Saya berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dan perkembangan dunia kesehatan.





Jambi, 9 Mei 2013



Penyusun






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang .................................................................................. ....... 1
1.2  Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3  Tujuan Penulisan ....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Perilaku Non-Verbal .......................................................................... ....... 2
2.1.1        Pengertian Perilaku Non-verbal ................................................... 2
2.1.2        Klasifikasi Perilaku Non-verbal ................................................... 3
2.1.3        Tujuan Perilaku Non-verbal ......................................................... 3
2.1.4        Perilaku Non-verbal dalam Konseling ......................................... 4
2.1.5        Perilaku Verbal dan Non-verbal Konselor ................................... 5
2.2  Posisi Konseling ................................................................................. ....... 6
2.3  Teknik Mengakhiri Konseling (Termination) ............................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................       11
3.2  Saran..................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam proses konseling, yang tidak boleh ditinggalkan dan diabaikan (harus dilakukan) oleh seorang konselor adalah menjalin hubungan dengan klien, pengembangan instrument/penggunaan tehnik-tehnik konseling dan mengakhiri konseling (terminasi). Dikatakan bahwa, "Membina hubungan dalam proses konseling sangatlah penting sebagai langkah awal".
Namun dalam kenyataannya, proses konseling tidak semulus yang diharapkan sesuai dengan keinginan konselor dan klien. Dalam contoh kasus proses konseling yang kurang berhasil, perlu diadakan rencana tindak lanjut untuk mencapai harapan tersebut.
Dalam makalah ini kami akan sajikan pembahasan tentang perilaku non-verbal, posisi konseling dan cara mengakhiri konseling.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang dapat terbentuk yaitu:
1.      Apa saja konsep dasar dalam perilaku non-verbal?
2.      Apa saja konsep dasar dari posisi konseling?
3.      Bagaimana cara mengakhiri konseling?

3.1  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar dalam perilaku non-verbal, konsep dasar posisi konseling dan cara untuk mengekhiri konseling.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Perilaku Non-Verbal
2.1.1        Pengertian Perilaku Non-verbal
Perilaku non-verbal adalah perilaku yang dalam berkomunikasi menggunakan pesan-pesan non-verbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis perilaku non-verbal dan perilaku verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis perilaku ini saling jalin-menjalin, saling melengkapi dalam berperilaku dan berkomunikasi yang kita lakukan sehari-hari (Jalaludin Rakhmat, 1994).
Di dalam relasi konselor-klien terjadi perilaku verbal ( bahasa lisan ) yang di dalamnya terlihat pula perilaku non-verbal, seperti gerak, isyarat, gerak tubuh, air mata, getaran suara, cara duduk, dan sebagainya. Bahasa lisan (verbal) mungkin saja bertentangan dengan perilaku non-verbal, dan mungkin pula perilaku non-verbal tersebut mendukung/menekankan bahasa lisan.
Perilaku non-verbal tidak muncul secara acak, akan tetapi berada dalam setiap elemen helping relationship. Artinya, klien terus saja menghadirkan perilaku tersebut bersamaan dengan lisannya. Sebab setiap saat klien mungkin saja secara tak disadari menekankan atau menentang bahasa lisannya dengan perilaku non-verbal.
Suatu ilmu yang mempelajari bahasa tubuh (body language) diberi nama kinesics, yaitu  ilmu yang didasari atas pola-pola perilaku yang berhubungan dengan gerak tubuh termasuk gerak jari-jari, tangan, bibir, dan mata. Suatu studi (Julius Fast, 1973) menunjukkan bahwa bahasa tubuh dapat bertentangan dengan bahasa verbal. Suatu contoh yang klasik adalah seorang gadis yang mengatakan kepada konselor bahwa dia sangat membenci pacarnya, sementara pada air matanya ia memungkiri.

2.1.2        Klasifikasi Perilaku Non-verbal
Berdasarkan penelitian, perilaku non-verbal dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Body motion atau kinesics behavior. Termasuk di dalamnya gestures (gerak isyarat), gerakan tubuh, pernyataan air muka, perilaku/gerakan mata.
2.      Physical characteristic (karakteristik fisik) yang termasuk tanda-tanda fisik yang tak bergerak seperti, bau badan/mulut, berat, tinggi, dan sebagainya.
3.      Touching behavior, yaitu perilaku-perilaku dalam kontak dengan orang lain seperti usapan, salaman, ucapan selamat tinggal, memukul, dan memegang.
4.      Paralanguage, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan lisan/bahasa/suara, termasuk kualitas bahasa seperti tekanan suara, rirme/irama, tempo, artikulasi, resonansi, dan karakteristik vokal.
5.      Proxemics, penggunaan jarak atau kedekatan.
6.      Artifac, penggunaan lipstik, parfurm, kacamata, wig, dan sebagainya.
7.      Environmental factor, penggunaan perobatan, dekorasi interior, lampu-lampu, harum-haruman, warna, temperatur, musik, suara, dan sebagainya.

2.1.3           Tujuan Perilaku Non-verbal
Mengenai tujuan-tujuan perilaku non-verbal telah dikelompokkan oleh Paul Ekman dan W.V. Friesen dalam bukunya The Repertoire of Noverbal Behavior (1969) yaitu:
1.       Sebagai emblems ( lambang )
2.      Sebagai ilustrator ( juru lukis )
3.      Sebagai effect display ( pertanyaan-pertanyaan perasaan ) seperti ekspresi air muka yang diulangi, memperbesar, pertentangan, atau berhubungan dengan keadaan peraaan dalam verbal ( marah, takut, senang ).
4.      Sebagai regulations ( pengaturan-pengaturan ) terhadap perbuatan seperti goyangan kepala, kerlingan mata, yang memelihara atau mengatur pembeciraan dan mendengarkan.
5.      Sebagai adapters yaitu penyesuaian gerak tubuh dan penyesuaian emosi.

2.1.4        Perilaku Non-verbal dalam Konseling

1.      Metode penggunaan fotografi
Tujuan metode ini adalah untuk menentukan apakah emosi dapat diteliti dengan cermat. Kelemahan metode penggunaan fotografi adalah karena ketiadaan gerakan dan kurangnya informasi tentang urutan kegiatan perilaku dalam fotografi itu.
2.      Metode film dan video
Ruang konseling dilengkapi dengan kamera TV pengintai (surveillance camera) untuk dipancarkan ke layar TV di ruangan observasi dimana berkumpul beberapa konselor untuk mengamati emosi, stres, perilaku non-verbal, dan bahasa lisan dari klien itu.
3.      Gerakan isyarat
Gerakan isyarat juga telah diteliti dalam beberapa setting drama, pidato, dan kegiatan belajar mengajar. Dalam gerakan isyarat ini kita dapat mengetahui bagaimana tingkat emosional klien, seperti dari isyarat wajah yang tampak marah, senang, seih dan sebagainya.
4.      Setting wawancara
Di dalam setting wawancara, khususnya wawancara konseling, konselor dapat mengamati bahasa non-verbal klien misalnya klien stres, klien dengan isyarat tertentu, pengawakan tubuh waktu duduk, serta gerakan tubuh yang mengandung makna-makna tertentu.
5.      Pengamatan keadaan jiawa seseorang berdasarkan ekspresi-ekspresi tertentu
Masyarakat Indonesia dengan budayanya yang pluralistik juga mempunyai isyarat-isyarat bahasa non-verbal dimana secara umum dapat dimaknai oleh orang Indonesia. Berikut ini beberapa bahasa isyarat dalam perilaku non-verbal pada budaya Indonesia yaitu:
a.       Membelalakkan mata, seperti marah, terkejut, menentang, heran.
b.      Muka merah, seperti malu, menahan marah.
c.       Dahi dikerutkan, mata agak terpejam, menghadapi kesukaran.
d.      Menggosok-gosok mata, menghadapi kesukaran, berpikir.
e.       Menggaruk-garuk kepala, menahan malu, kesal.
f.       Memegang kepala dengan dua tangan sambil tertuntuk, seperti kecewa, konflik, stres, keadaan pelik menekan.
g.      Telinga merah, seperti menahan malu, marah.
h.      Menggoyang-goyangkan kaki saat duduk, seperti menahan stres.

2.1.5        Perilaku Verbal dan Non-verbal Konselor
Saat seorang konselor menghadapi klien, konselor akan mengkomunikasikan perilaku verbal dan non-verbal. Dengan demikian semestinya konselor akan perilaku dalam tugas mencapai tujuan konseling. Namun tidak semua perilaku verbal dan non-verbal konselor dapat membantu klien sehingga membuat konselor efektif.
Sering terjadi perilaku konselor kurang bermakna, suka mengkritik dengan tajam, kurang bersahabat, dan sebagainya. Lisan konselor yang demikian itu akan membuat klien menjadi enggan berbicara dengannya. Di samping itu ada pula perilaku non-verbal konselor yang membuat klien kesal, dan sebagainya. Hal sepeti itu terjadi karena konselor kurang sensitif dan kurang terlatih dengan perilaku verbal dan non-verbal.


2.2  Posisi Konseling
Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada klien dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang kondusif, dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, agar klien dapat memahami dirinya sehingga klien sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan tugas-tugas perkembangan.
Proses konseling pada dasarnya adalah usaha mendayagunakan secara penuh fungsi-fungsi yang minimal potensial pada diri klien, dan diharapkan klien akan dapat hidup dengan wajar mencapai tujuan hidup yang positif secara efektif.
Tujuan konseling adalah membantu klien agar menjadi lebih fungsional, mencapai integritas diri, identitas diri, dan aktualisasi diri, selain itu konseling diberikan agar potensi klien yang melakukan konseling dapat berkembang secara optimal, mampu memecahkan masalah, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Untuk mencapai tujuan konseling dengan efektif, konselor harus mampu:
1.      Menangkap pesan utama klien.
2.      Mengutamakan tujuan klien, tujuan konseling diharapkan mencapai:
a.       Effectif daily living, artinya setelah selesai proses konseling klien dapat menjalani kehidupan sehari-harinya secara efektif dan berdayaguna untuk diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Tuhannya.
b.      Relationship with Other, artinya klien mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain dalam keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan seperti tergambarkan pada gambar 2. 1 sebagai berikut.



Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan terhadap klien yang membutuhkan konseling dan tidak terpisahkan dari layanan manajemen dan supervisi maupun kurikulum dan pembelajaran serta bukan merupakan bagian dari bidang yang lain. Bimbingan dan konseling juga tidak direduksi sebagai pengembangan diri atau bagian dari pengembangan diri.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada klien untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap orang sesuai dengan kondisinya saat ini. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir klien.
Posisi pengembangkan diri dan bimbingan berdasarkan perspektif bimbingan dan konseling adalah pengembangan diri secara utuh yang merupakan layanan dasar bimbingan (guidance curriculum).  Selain itu dalam bimbingan dan konseling, masih terdapat tiga layanan lainnya, yaitu:   layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan layanan dukungan sistem. Jadi pengembangan diri hanya bagian dari layanan bimbingan dan konseling. Implementasinya layanan bimbingan dan konseling tidak hanya diberikan untuk klien yang bermasalah saja tetapi untuk seluruh klien karena bertumpu pada kebutuhan dan tuntutan lingkungan individu.

Layanan bimbingan dan konseling adalah layanan psikologis dalam suasana pedagogis. Layanan psiko-pedagogis meliputu koteks kultur, nilai dan religi yang diyakini klien dan konselor. Orientasi bimbingan dan konseling adalah perkembangan perilaku yang seharusnya dikuasai oleh individu untuk jangka panjang tertentu menyangkut ragam proses pendidikan, karir, pribadi, sosial, keluarga dan pengambilan keputusan.

2.3  Teknik Mengakhiri Konseling (Termination)
Dalam menjelaskan konseling seseorang tidak akan lepas dari teknik apa yang digunakan dalam konseling tersebut. Sebelum mengetahui teknik yang digunakan, ada baiknya kita mengetahui yang dimaksud teknik konseling adalah cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang konselor dalam proses konseling untuk membantu klien agar berkembang potensinya serta mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi di lingkungannya yakni nilai- nilai sosial, budaya, dan agama.
Bagi seorang konselor dalam proses konseling, penguasaan terhadap teknik konseling merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespons klien secara baik dan benar sesuai keadaan klien saat itu. Respon yang baik berupa pertanyaan-pertanyaan verbal dan non-verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien terbuka untuk menyatakan secara bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya (Sopyan, S. Wilis, 2004: 157).

Termination merupakan teknik yang dipergunakan konselor untuk mengakhiri wawancara konseling, baik mengakhiri untuk dilanjutkan pada pertemuan berikutnya maupun mcngakhiri karena wawancara konseling betul-betul telah berakhir. Brammer (1987) mengemukakan cara-cara mengakhiri konseling, antara lain:
a.       Merujuk pada keterbatasan waktu yang telah disepakati bersama.
b.      Meringkas atau merangkum
Teknik meringkas isi konseling ini dapat digunakan jika konselor menginginkan ringkasan faktor-faktor penting yang telah dibicarakan selama proses konseling. Ringkasan tersehut hendaknva menggantarkan isi pokok dari wawancara konseling.


c.       Merujuk pada waktu yang akan datang.
Merujuk pada waktu yang akan datang dilakukan jika waktu konseling tidak cukup, bisa juga jika konselor ingin memelihara hubungan baik dengan klien, hal ini bisa ditunjukkan dengan menggunakan pernyataan yang merujuk pada pertemuan berikutnya, misalnya “ Waktu kita hampir habis, kapan kamu ingin kembali lagi ?”.

d.      Berdiri
Berdiri merupakan persyaratan teknik persuasif untuk mengakhiri konseling, maka konselor dapat berdiri yang mengisyaratkan hahwa konseling telah berakhir, dan hal ini dapat dilakukan secara lemah lembut sebelum klien mempunyai kesempatan untuk pindah kepada topik lain.
e.       Gerak isyarat halus
Gerak isyarat halus ini bisa di lakukan dengan melihat jam tangan atau jam dinding.

Adapun cara lain untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor yaitu:
a.       Mengatakan bahwa waktu sudah habis,
b.      Merangkum isi pembicaraan
c.       Menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang (menetapkan jadwal pertemuan sesi berikutnya)
d.      Mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan
e.       Menunjukkan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan konseling
f.       Memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok pembicaraan apabila diperlukan.

Jika seorang konselor ingin menutup sesi konseling sebaiknya membuat rencana bersama klien untuk mesimpulkan secara umum hasil proses konseling sejak awal. Klien juga diberi kesempatan untuk memberikan penilaian terhadap jalannya konseling dan terhadap prilaku konselor selama membantu klien. Hal ini sangat berguna sebagai masukan terhadap konselor untuk memperbaiki proses konseling dan pribadinya sendiri.
Suatu rencana yang baik adalah hasil kerjasama konselor dengan klien. Rencana atau program pada akhir sesi konseling amat penting yaitu:
a.       Menandakan adanya perubahan perilaku atau kemajuan pada diri klien.
b.      Sebagai pedoman untuk kemajuan sesi konseling berikutnya.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Bedasarkan  pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, perilaku non-verbal adalah perilaku yang dalam berkomunikasi menggunakan pesan-pesan non-verbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis perilaku non-verbal dan perilaku verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis perilaku ini saling jalin-menjalin, saling melengkapi dalam berperilaku dan berkomunikasi yang kita lakukan sehari-hari (Jalaludin Rakhmat, 1994).
Perilaku non-verbal tidak muncul secara acak, akan tetapi berada dalam setiap elemen helping relationship. Artinya, klien terus saja menghadirkan perilaku tersebut bersamaan dengan lisannya. Sebab setiap saat klien mungkin saja secara tak disadari menekankan atau menentang bahasa lisannya dengan perilaku non-verbal.
Selain komunikasi non-verbal, dalam melakukan konseling kita harus mengetahui bagaimana cara seorang konselor untuk mengakhiri sebuah konseling. Bagi seorang konselor dalam proses konseling, penguasaan terhadap teknik konseling merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespons klien secara baik dan benar sesuai keadaan klien saat itu. Respon yang baik berupa pertanyaan-pertanyaan verbal dan non-verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien terbuka untuk menyatakan secara bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya (Sopyan, S. Wilis, 2004: 157).

3.2  Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran yang dapat saya berikan yaitu sebaikya kita harus mengerti dan belajar bagaimana perilaku dan komunikasi verbal maupun non-verbal itu agar dalam suatu komunikasi berjalan dengan baik. Karena dalam komunikasi non-verbal itu banyak sekali isyarat-isyarat yang digunakan. Dengan menggunakan isyarat, kita lebih mengetahui apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginkan seseorang terhadap suatu hal.
Begitu juga penggunaan teknik dalam mengakhiri konseling. Setelah kita ketahui bagaimana teknik mengakhiri konseling yang baik, diharapkan, konselor dapat mengerti dan memahami bagaimana teknik untuk mengakhiri konseling yang baik agar tidak terjadi kesalah pahaman antara konselor dengan klien yang datang untuk melakukan konseling. Dengan penggunaan teknik yang baik diharapkan klien bias nyaman dan percaya kepada konselor tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Bimo, Walgito. Bimbingan Dan Konseling Di Perguruan Tinggi. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Yokyakarta. 1982. hal: 96
Jalaludin, Rakhamat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
M.     Taufik dan Juliane. 2010. Komunikasi Terapeutik dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
            Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking